https://eevangelize.com/wp-content/uploads/2022/10/Famous-Last-Words-Indonesian.pdf
Kata-kata Akhir Bermakna
Ada suatu perkataan yang biasa diucapkan di negri kita, kata-kata akhir bermakna, yang biasanya dikatakan dengan keraguan, memperingatkan kita untuk menahan nafas dan menantikan malapetakan yang akan terjadi. Akan tetapi banyak para pria dan wanita, setelah melewati perjalanan hidup, telah sampai kepada suatu kesudahan diluar mortalitas dan menghadap ke kekekalan, telah menjumpai kata-kata akhir bermakna tersebut. Beberapa menyatakan kesukaan yang luarbiasa, lainnya diberitakan dalam ketakutan mengerikan seperti kedatangan malaikan pencabut maut.
Kematian! Itu adalah penghentian semua rencana, keinginan, tujuan, motif, filosofi, pemikiran dan lain sebagainya yang tidak bisa dielakkan. Itu terjadi pada tua dan muda, kaya dan miskin, terikat dan bebas, raja dan pangeran, bahkan pada orang miskin di jalanan. Kata-kata dari Sir Thomas Smith, Sekretaris dari Ratu Elizabeth I, yang sedang sekarat menunjukkan kesia-siaan untuk hidup itu sendiri:”Adalah suatu kesedihan manusia bahwa mereka tidak tahu untuk tujuan akhir apakah mereka dilahirkan di dunia sampai mereka siap untuk keluar dari dunia ini”.
Himpunan dari kata-kata terakhir bermakna ditulis untuk meyakinkan pembaca dari kepastian suatu kehidupan sesudah kematian dan bagaimana kehidupan kekal bisa diterima melalui Anak Allah, Yesus Kristus. Jika giliran anda untuk menghadap Tuhan tiba, apakah anda takut atau apakah anda memiliki kata-kata Catherine Booth, seorang istri dari General William Booth, penemu pelayanan Salvation Army:
“Air semakin meninggi, demikian juga aku. Aku tidak akan berada di bawah tetapi di atas. Jangan pedulikan kematian, teruskan hidup yang baik, kematian akan jadi benar”.
Apakah anda beraspirasi menjadi seorang raja, presiden, atau pemimpin politik yang besar? Pertimbangkan pernyataan sepotong dari Raja Perancis, Louis XIV, kepada anaknya tahun 1715:
“Anakku, aku mungkin telah hidup kehidupan yang lebih baik; keuntungan lewat kesalahan-kesalahanku, dan ingat raja-raja ini telah meninggal seperti orang lainnya”
Raja-rajapun mati seperti yang lainnya!
Severus (146-211), seorang penguasa Roma dari abad ke 3 memberikan rangkuman hidupnya yang tidak berpengharapan: “Aku telah menjadi segala sesuatu, dan segala sesuatu adalah kosong. Kendi kecil bisa menampung sisa-sisa jasad seseorang yang kepadanya dunia dirasakan terlalu kecil”.
Seorang Kalifah bernama Abd – Er – Rahman III (961 Masehi), sultan dari Spanyol, pernah merasakan kehilangan kebahagiaan dari gengamannya: “Lima puluh tahun telah lewat sejak aku menjadi Kalifah, kekayaan, kehormatan, kesenangan, semua aku sudah rasakan. Dari semua waktu yang paling membahagiakan, aku telah hitung hari-hari itu dan jumlahnya hanya empat belas!”
Bayangkan, dari 50 tahun memerintah hanya ada 14 hari yang dirasakan bahagia.
Mungkin anda sedang mempelajari filosofi ajaran atheis atau agnostic. Kebanyakan orang-orang dari mereka ini hendak melarikan diri dari tanggung jawab hidup mereka dari Tuhan dengan menyuarakan bahwa Tuhan tidak ada. Mereka membuat diri mereka sengaja tuli kepada fakta yang berkata “Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya”. (Psa 33:6)
Seseorang bernama Voltaire, seorang filsuf terkenal Perancis dan seorang kafir, berkata tentang Kristus: “Tekutuklah orang yang malang”.
Pernah dia sesumbar, “dalam 20 tahun keKristenan akan menghilang. Dengan satu tangan aku bisa menghancurkan bangunan yang telah dibangun oleh para rasul”. Akhir hidupnya mengerikan: “aku telah ditinggalkan oleh Tuhan dan manusia! Aku akan memberimu setengah dari kekayaanku jika kau sanggup memberikan 6 bulan kehidupan, lalu aku akan pergi ke neraka dank au akan pergi denganku! Kristus, O Yesus Kristus!” Sayangnya hari anugerah telah lama berlalu.
Thomas Paine adalah seorang pejuang Amerika dan kafir yang menulis sebuah buku penghinaan dan anti Alkitab berjudul “Umur dari Alasan” (Age of Reason). Dia memperlihatkan kengerian yang sama saat diakhir hidupnya: “Aku ingin memberi dunia, jika aku mampu, bahwa buku itu tidak diterbitkan. Oh Tuhan tolong aku! Kristus tolong aku! Oh Tuhan apa yang telah aku perbuat untuk sengsara begitu banyak? Tapi tidak ada Tuhan! Tapi jika adapun, apa jadinya aku kelak (kalau mati)? Tinggal bersamaku demi Tuhan! Kirim meskipun seorang anak kecil untuk menemaniku, karena aku merasa di neraka ditinggal sendiri. Sekiranya setan punya wakil, wakil itu adalah aku”.
Beberapa hamba Tuhanpun, ketika kehidupan mulai meninggalkannya, telah mempertanyakan diri mereka seberapa banyak kehidupan mereka telah Tuhan pakai.
Thomas Wolsey, seorang kardinal Roma Katolik dan negarawan di jaman pemerintahan raja Henry VIII, memberikan pernyataan ini diakhir hidupnya: “Jika sekiranya saja aku telah melayani Tuhan seperti kepada raja, Dia (Tuhan) mungkin tidak akan menyerahkanku sampai berrambut putih. Tapi ini adalah takdir yang aku mesti terima karena susah payahku dan belajarku untuk melayani dan bukan kepada Tuhan, tapi hanya untuk memuaskan raja”.
Bandingkan perkataan tadi dengan kata-kata akhir dari Matthew Hendry, teologist Inggrid yang terkenal: “Sebuah kehidupan diberikan untuk melayani Tuhan dan dalam hubungan dengan Dia adalah kehidupan yang paling menyenangkan seseorang bisa dapatkan di dunia ini”. Juga Jonathan Edwards, pengkhotbah kebangunan rohani dari pertengahan abad 18, sangat senang diberikan umur panjang. Kata-kata akhirnya ialah: “Mana Yesus, teman yang tidak pernah gagal?”
Satu daftar panjang tidak cukup komplit tanpa diisi oleh perkataan-perkataan dari para martir; mereka yang telah memberi hidupnya untuk Kristus, tidak memperhitungkan kehidupan mereka untuk mereka sendiri tapi untuk kebenaran dan Injil. Polycarp adalah seorang yang demikian. Martir dari abad ke2, ketika disuruh menolak dan menghina Kristus, telah berkata demikian: “86 tahun aku telah melayani Kristus dan Ia belum pernah sekalipun membuat kesalahan kecilpun kepadaku, bagaimana aku bisa menghina Raja dan Penyelamatku?” Ketika dia dibakar disebuah tonggak ia memberikan pujian kepada Tuhan yang melindunginya, untuk keselamatannya, dan mengijinkan ia menjadi salah satu martir.
Satu abad kemudian seorang bernama Andronicas, setelah disiksa dan luka-lukanya dibasahi dengan garam, dilempar ke kandang binatang buas dan kemudian dibunuh dengan pedang. Kata-kata akhirnya: “Lakukan yang kau bisa! Aku adalah orang Kristen; Kristus adalah penolongku dan penolongku, dan dengan demikian aku tidak akan pernah melayani tuhan-tuhanmu atau juga aku takut kepada kuasamu atau kaisar kalian. Mulailah siksaanmu lebih segera, dan pakai semua cara jahat yang kau piker dan kau akan mendapati akhirnya bahwa aku tidak akan digoyahkan dari pendirianku”.
Bandingkan hal-hal ini dengan akhir hidup dari seorang penganiaya dari gereja, Stephen Grdiner, Bishop ke 16 dari Winchester. Orang harus darah dari penguasa Katolik jaman itu meradang sebelum akhir hidupnya karena penyakit yang akut dengan tetap mengeluarkan kutuk lewat bibirnya: “Aku telah berdosa seperti Petrus, tapi aku tidak menangis seperti dia”.
Akhirnya kita membawa kata-kata Kristus di kayu salip, penuh pengampunan kepada para penganiayaNya, Dia berdoa: “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan”.
Menerima pertobatan dari penyamun yang disalibkan juga, Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Setelah menyelesaikan semua perintah Bapa, Dia berseru dengan penuh kemenangan: “Sudah selesai”.
Kepada BapaNya dengan penuh kepercayaan dan kasih Ia berseru: “Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu”.
Kawan, seluruh keselamatanmu telah dibeli lewat kayu Salib 2000 tahun lalu. Tapi kemanakah arah anda? Kalau anda mencapai umur 70, 80, atau bahkan 90, apakah gunanya sekalipun anda mendapatkan seluruh dunia tapi kehilangan nyawa anda?
Yesus Kristus mengetuk hati anda sekarang. Maukah anda bertobat dari dosa-dosa hari ini dan menyerahkan hidupmu untuk melakukan kehendakNya? Akankah anda ijinkan Tuhan memerintah hidupmu mulai sekarang dan seterusnya?
Hanya inilah kehidupan yang bisa memberimu damai, karena “Tiada damai bagi orang-orang fasik itu,” firman Allahku. (Isa 57:21)
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Joh 3:16)
Tuhan mengasihimu dan menjajikan kehidupan kekal kepada mereka yang datang kepadaNya. Berikanlah hidupmu kepadaNya hari ini!
You can find equivalent English tract @